Kamis, 26 April 2012

MENANTI DESEMBER

MENANTI DESEMBER
Oleh: Oleh : mulyono

Puisi itu kembali terlantun dari bibir mungil Vera. Sudah hampir 3 tahun Vera melantunkannya sambil duduk di dekat jendela kamarnya dan menatap rembulan yang tiada henti menyinari malamnya. Itu seolah telah menjadi kegiatan rutinnya sebelum tidur.


“Vera… kamu belum tidur nak…?” tegur Mama Vera yang tiba-tiba saja telah berdiri di belakangnya.
“Belum Ma…” jawab Vera singkat.
“Trus, ngapain kamu duduk di situ…? Nanti kamu masuk angin.”
“Aku cuma liat bulan kok Ma. Liat dech, bulannya cantik banget…! Kayak Mama. Rasanya, aku ingin terus melihat bulan itu. Selamanya…” Ujar Vera sambil tersenyum dan memeluk Mamanya. Mama Vera pun membalasnya dengan pelukan yang hangat. Dan tanpa dia sadari, dia meneteskan air mata.
“Ma, Mama kok nangis…?” Tanya Vera saat air mata Mamanya menetes tepat di jemari tangannya.
“Nggak apa-apa sayang. Sekarang kamu tidur yah…!” ujar Mamanya sambil menyeka air matanya dan menuntun Vera ke pembaringannya.
“Selamat malam Ma.” Ujar Vera sambil tersenyum.
“Selamat malam sayang…” balas Mama Vera sambil mencium kening putri semata wayangnya.
Keesokan harinya, Vera kembali beraktivitas seperti biasanya. Bangun pagi-pagi, shalat, mandi, berpakaian rapi, sarapan, kemudian ke sekolah.
“Ma, aku berangkat dulu yach…” pamit Vera.
“Iya nak. Hati-hati di jalan.”
“Ok Ma… Assalamu alai’kum…”
“Wa’alaikum salam.”
Sesampainya di sekolah, Vera disambut dengan happy oleh sahabat-sahabatnya.
“Pagi guys…” sapa Vera.
“Pagi nona Vera…” balas sahabat-sahabatnya serempak.
“Happy banget non… sampe senyum-senyum sendiri… baru dapat lotre yah…?” canda Citra.
“Hehehe… nggak kok. Pagi hari itu harus disambut dengan senyuman. Agar hari yang kita lalui terus dipenuhi oleh senyum dan kebahagian. Juga dapat menghapus segala luka dan duka yang terselip di dalam hati. Sehingga kecerian kembali meliputi perasaan kita. Dan, nggak ada gunanya juga terus bernestapa meratapi kesedihan yang berlalu… maka, tetaplah kau tersenyum agar semua dukamu berangsur hilang dan berganti menjadi kecerian.” ujar Vera sambil tersenyum manis yang membuatnya kelihatan lebih cantik.
“Iyah Bu guru…” balas Citra.
“Yayayaa…beginilah susahnya berbicara dengan sang pujangga. Setia ucapan kita pasti dibalas dangan kata-kata yang puitis.” Timpal Karin.
“Hehehee… kalian ada-ada aja.”
Tak berapa lama mereka mengobrol, bel pun berbunyi. Mereka segera duduk di bangku masing-masing sambil menunggu guru mata pelajaran pertama hari itu.
“Selamat pagi anak-anak.” sapa Pak Syarif guru bahasa Indonesia sekaligus wali kelas mereka yang baru saja tiba di kelas.
“Pagi Pak……” jawab anak-anak dengan serempak.
“Baiklah, sebelum kita memulai pelajaran hari ini, saya akan memberitahukan sebuah informasi mengenai ulangan semester genap.” Ujar Pak Syarif. “Kemungkinan, ulangan akan dilaksanakan pada pertengahan bulan Desember nanti kira-kira tanggal 12-17. Jadi, saya harap kalian bisa belajar dengan sungguh-sungguh dan saya tidak mau ada siswa atau siswi dari kelas ini yang tinggal kelas. Kalian mengerti…?!” tegas Pak Syarif.
“Mengerti Pak…”
“Desember…” desis Vera lirih.
“Kenapa Ver…? Kok kamu kelihatan tegang gitu…? Biasanya kamu yang paling semangat kalau mau ulangan…?” Tanya Karin.
“Nggak kok. Oiaya, kita harus ngebentuk kelompok belajar bersama agar kegiatan belajar kita bisa efektif dan nggak cuma di sekolah.” Jawab Vera sambil berusaha tersenyum.
“Aku setuju…” ujar Citra diikuti anggukan setuju pula dari Karin.
“Tapi, nggak seru kalau cuma kita bertiga. Gimana kalau kita ajak Nia dan Dhea…?” usul Karin.
“Terserah kalian aja dech…” ujar Vera.
Mereka kemudian mengikuti pelajaran hari itu dengan serius. Dan sepulang sekolah, Vera, Citra, dan Karin mengutarakan niat mereka untuk mengajak Nia dan Dhea bergabung dalam kelompok belajar mereka. Dan ajakan tersebut disambut dengan riang oleh mereka.
“Ver…kita belajarnya di rumah kamu aja yah. Rumah kamu kan luas, jadi pasti bisa nampung kita.” Usul Nia.
“Iya. Lagipula, di rumah juga nggak ada siapa-siapa kok. Cuma ada aku dan Mama. Siapa tahu, dengan kehadiran kalian, rumahku bisa jadi rame. Yah, ibarat kata hadirnya dirimu kan berikan suasana baru dalam hariku” Jawab Vera sambil tersenyum.
“Ok. Sekarang kita tinggal ngatur jadwalnya aja.” Kata Dhea.
“Aku nggak bisa hari senin dan rabu. Soalnya ada kursus bahasa inggris.” Ujar Citra.
“Aku juga nggak bisa kalau hari rabu. Aku kan lagi kursus Matematika.” Timpal Karin.
“Kalau aku sich belakangan ini, lagi nggak ada kegiatan. So, hari apa aja bisa.” Nia ikut angkat bicara.
“Kalau kamu Dhe…?” Tanya Vera sambil melihat ke arah Dhea.
“Aku sama kok kayak Nia. Kapan aja bisa.”
“Mmmh…berhubung hari jum’at aku kursus bahasa inggris dan setiap senin aku ngajar anak-anak ngaji, jadi jadwal bisa hari selasa, kamis, dan sabtu. Gimana…?” Vera memberi usul.
“Ok dech…” jawab yang lainnya serempak.
Setelah selesai mengatur jadwal yang ditetapkan, mereka kemudian pulang ke rumah masing-masing. Kebetulan hari itu, Vera nggak bawa motor, jadi dia nebeng sama Karin.
“Vera… kamu kenapa nak…? Kamu kelihatan pucat.” Tegur Mamanya ketika Vera baru pulang dan berjalan menuju kamar sambil memegang kepalanya.
“Nggak apa-apa kok Ma. Aku Cuma sedikit pusing. Mungkin karena cuaca yang sangat panas.” Jawab Vera sambil berusaha tersenyum karena, dia tak ingin membuat Mamanya merasa cemas.
“Kamu sudah makan obat…?”
“Udah tadi di sekolah. Mama nggak usah khawatir yah. Aku baik-baik aja kok. Aku cuma kurang istirahat. Di sekolah juga lagi banyak tugas.”
“Ya sudah. Sekarang kamu makan yah nak.! Setelah itu kamu tidur. Biar perasaan kamu bisa lebih enakan.”
“Iyah Ma.”
Vera kemudian mengganti seragam sekolahnya kemudian makan siang bareng Mamanya. Selepas makan, Vera lalu memberitahu Mamanya tentang kelompok belajar yang baru dia bentuk. Dan Mamanya pun setuju dengan keinginan Vera yang mengajak temannya belajar di rumah mereka.
***
Ujian semester kurang lebih 1 minggu lagi. Vera dan kawan-kawannya sudah siap dengan matang untuk menghadapi ujian nanti. Namun, teman-teman Vera merasa heran karena sudah satu minggu lebih Vera tidak masuk sekolah. Menurut surat yang disampaikan kepada guru, Vera sedang sakit. Tapi, mereka tak tahu Vera sakit apa. Karena selama ini Vera kelihatan baik-baik saja. Kalau pun sakit, paling cuma dua atau tiga hari saja. Itu pun hanya sakit ringan.
“Vera sakit apa yah…? Nggak biasanya dia sakit sampai berhari-hari kayak sekarang.” Ujar Citra.
“Iya nich. Padahal semester bakal dilaksanakan minggu depan.” Tambah Dhea.
“Gimana kalau kita ngejenguk Vera aja. Udah lama juga kita nggak kumpul-kumpul bareng.” Usul Nia.
“Iya nih. Aku juga kangen ama kata-kata puitis anak itu.” Ujar Karin sambil nyengir.
“So, kita go-nya kapan…” Tanya Dhea.
“Ntar aja. Pas pulang sekolah. Hari ini kan hari sabtu, jadi kita pulangnya cepet.” Nia kembali memberi usul.
“Ya deh.” Semuanya setuju.
Sepulang sekolah, mereka semua kemudian ke rumah Vera. Berharap bisa bercanda ria kembali dengan sahabat mereka.
“Assalamu alaikum…” seru mereka serempak ketika sampai di depan rumah Vera. Namun, tak ada jawaban. Mereka kemudian kembali memberi salam. Dan tak berapa kemudian, Mama Vera datang sambil menyeka air mata yang berlinang di pipinya.
“Wa’alaikum salam…” jawabnya dengan terbata.
“Ada apa tante…? Tante kok nangis…? Vera di mana…?” Tanya Citra dengan perasaan khawaatir. Namun Mama Vera tak menjawab dia hanya terus diam dalam tangisannya yang membuat Citra, Karin, dan Nia heran campur khawatir.
“Tante tenang dulu yah. Kita ke sini cuma mau ngejenguk Vera kok.” Nia mencoba menenangkannya.
“Kalau kalian mau ngejenguk Vera, dia ada di kamarnya.” Ujar Mama Vera dengan terbata dan menuntun keempat gadis belia tersebut ke kamar Vera. Namun, apa yang Citra, Karin, Nia, dan Dhea liat sungguh membuat mereka kaget. Vera tengah terbaring tak berdaya di atas kasurnya dengan selang infus yang ada di pergelangan tangannya.
“Vera kenapa tante…? Apa yang terjadi sama dia…?” Tanya Citra yang tak sanggup menahan air matanya saat berdiri tepat di hadapan sahabatnya.
“Sudah 5 hari Vera terbaring koma. Tapi, dia tak mau di rawat di rumah sakit. Dia bersih keras mau di rawat di rumah. Sebenarnya, selama ini Vera mengidap penyakit kanker otak. Tapi, dia selalu melarang tante untuk memberitahukannya ke kalian. Dan dokter memvonisnya hanya bisa bertahan sampai Desember tahun ini.” Jelas Mama Vera dengan air mata yang bercucuran.
“Astagfirullah hal adzim…” desis mereka berempat hampir bersamaan.
“Vera… kenapa kamu nggak pernah bilang ke kita kalau kamu itu sakit. Kenapa Ver…? Kita kan sahabat…? Tapi, kenapa kamu nyembunyiin hal ini dari kami…” ujar Karin sambil menangis dan menggenggam tangan Vera.
“Vera…bangun…!!! Kamu harus kuat. Kita selalu ada buat kamu. Kita semua sayang sama kamu Ver. Kita nggak mau kehilangan kamu…” lanjut Nia. Setelah mendengar kata-kata Nia, tiba-tiba saja jari tangan Vera bergerak dan Vera perlahan membuka matanya.
“Vera…kamu sadar nak.” Ujar Mamanya sambil mendekat ke arah Vera.
“Ma..Mama…” ujar Vera dengan terbata dan suara yang terdengar parau.
“Iya sayang… Mama di sini. Di sini juga ada sahabat-sahabat kamu. Mereka mau ketemu sama kamu. Katanya kamu harus kuat.” Mama Vera kembali tak dapat menahan air matanya.
“Guys…maafin aku yah…” ujar Vera lagi.
“Ssssstt…kamu nggak perlu ngomomg apa-apa Ver. Kita udah tahu. Sekarang kamu yang semangat yah.” Ucap Dhea dalam isak. Vera yang tak mampu bersuara lagi, hanya bisa memaksa dirinya untuk tersenyum. Tiba-tiba saja Vera berusaha mengangkat kepalanya dan mengambil sesuatu di bawah bantalnya. Dan ternyata itu adalah sebuah surat. Vera kemudian menyerahkan surat tersebut kepada Citra dengan tangan yang bergetar.
“Aku pengen kalian baca surat itu.” Ujar Vera dengan terbata-bata.
“Iya Ver. Kita akan baca surat ini.” Jawab Citra sambil meraih surat yang disodorkan Vera.
“Ma…temen-temen…aku mau tidur dulu yah. Aku capek. Aku mau istirahat dulu. Kalian jaga diri baik-baik.” Ucap Vera lagi sambil menutup kedua matanya. Mama dan temam-temannya hanya bisa mengangguk dan menangis mendengar perkataan Vera. Perkataan terakhir yang keluar dari mulut Vera. Karena beberapa saat setelah itu, Vera telah menghembuskan nafas terakhirnya dan meninggalkan semua orang yang mengasihinya. Mama dan sahabat-sahabatnya hanya bisa menangisi jasad Vera yang telah terbujur kaku. Tak lama setelah itu, Citra pun membuka amplop surat yang diberikan oleh Vera dan membacanya bersama semua.
Dear My Friend…
Guyz…
Maafin aku yah. Aku nggak bermaksud menyembunyikan tentang penyakitku ke kalian. Aku cuma nggak mau kalian khawatir dengan keadaanku. Aku juga nggak mau kalian mengasihani aku. Aku mau kalian menganggap aku sebagai Vera yang sehat, kuat, dan ceria. Bukan Vera yang sakit-sakitan.
Guyz…
Aku sayang banget ama kalian. Kalian ibarat bumi bagi aku. Aku nggak akan bisa hidup tanpa kalian. Tawa dan canda kalian selalu bisa membuat aku tersenyum dan semangat. Mungkin tanpa kalian aku udah lama menyerah. Tapi aku selalu ingin hidup. Hidup untuk tetap bersama kalian hingga Desember tahun ini.
Guyz…
Mungkin aku nggak bisa bertahan sampai semester nanti. Tapi aku mau kalian tetap semangat. Walau tanpa aku, kalian harus bisa dapat nilai yang maksimal. Dan kalian tahu, aku tuch seneng… banget…! Karena pada penantianku tahun ini, kalian menemaniku menanti Desember. Hari-hari yang kita lalui bersama beberapa waktu ini membuat aku merasa hidup ini begitu indah dan berarti. Rasanya, aku masih ingin menikmati hari-hari bersama kalian. Tapi, waktu aku nggak banyak. Dan aku harus pergi. Pergi meninggalkan dunia fana ini. Membawa sejuta kenangan indah yang kita miliki dan takkan pernah kulupa hingga kelak aku menutup mata.
Guyz…
Tiga tahun aku menanti Desember. Dan Desember tahun ini aku benar-benar harus pergi. Maaf jika selama ini aku terlalu banyak mempunyai kesalahan terhadap kalian. Terima kasih untuk semua kenangan indah yang telah kalian berikan padaku. Makasih dan selamat tinggal.
Much Love
Vera
Setelah membaca surat tersebut, mereka semua lag-lagi tak dapat membendung air matanya. Mereka terus menangisi kepergian Vera.
Kini Vera telah tiada. Sang pujangga telah pergi. Pergi dengan tenang menghadap sang khalik. Penantian Vera telah berakhir. Desember telah menjemputnya tepat pada tanggal 3 Desember. Saat usianya menginjak 17 tahun. Vera kini telah tenang di sisi-Nya. Kini dia telah tersenyum dalam tidur panjangnya. Tak ada yang dapat mencegah kepergian Vera. Bahkan, waktu pun tak dapat menghentikannya.
Rembulan…
Temani aku malam ini
Aku sedang menanti Desember
Rembulan…
Dalam keremangan malam
Aku ingin kau menyinari hatiku yang redup
Rembulan…
Jangan pernah tinggalkanku
Dan tetaplah menemaniku
Menanti Desember…
Mama Vera menemukan puisi itu di sela buku diary Vera. Puisi yang setiap malam dilantunkan Vera semasa hidupnya. Kini Vera telah tersenyum di samping rembulan. Rembulan yang senantiasa memenaninya menanti Desember.

ANTARA CINTA dan SAHABAT


ANTARA CINTA dan SAHABAT
Oleh : mulyono

Hidup akan indah bila kita masih memiliki seseorang yang kita sayangi, seperti via, via masih memiliki orang tua yang sayang dengannya dan saudara laki-lakinya yang sangat menggemaskan yang masih kelas 4 SD. Serta tak luput mempunyai seorang sahabat yang baik yang selalu bersama ketika dia duka, lara pun senang. Via mempunyai sahabat dia bernama Mia dan Rahma. Kemana-mana kami selalu bersama seperti layaknya besi dan magnet yang sulit dipisahkan. Mereka pertama kenal ketika pertama MOS dan memulai sekolah di SMA, Ketika itu Rahma duduk sendirian dan tak sengaja Via menghampirinya dan berkenalan. Setelah mereka berbincang-bincang cukup lama datanglah seorang anak perempuan cantik putih bertahi lalat di bawah bibir yang tipis. Tahi lalatnya itu membuat wajahnya menjadi manis dan disegani oleh kaum Adam.


“Hai…. Rahma dah lama nunggunya yah???” kata perempuan itu

“Ea… lama banget, kamu dari mana saja???? kata Rahma

“Maaf yach aku berangkatnya siang, soalnya bangunnya kesiangan… hehehe” jawab Perempuan yang berbicara dengan Rahma sambil tersenyum.

“Oa,untungnya ada Via yang menemani aku di sini, Mi kenalin ini Via teman sekelas kita juga lho. Oya vi kenalin ini teman satu bangku aku namanya Mia” kata Rahma sambil memperkenalkan temannya.

“Kenalin aku Via, aku duduknya di samping tembok dekat pintu sama Ovie” kata Via memperkenalkan dirinya kepada Mia.

“Aku Mia, low boleh tau lo tinggalnya dimana”?? Tanya Mia kepada Via.

“Aku aslinya Banjarharjo, tapi di sini aku ngekost” jawab Via.

“Kapan-kapan kita main ke kostnya Via, Gimana,?? Rahma lo juga ikut yach”?? Mia melontarkan pertanyaan kepada Rahma.

“Itu ide yang bagus kita selalu kumpul-kumpul bareng di kosannya Via, Gimana kalau kita buat genk saja?” usul Rahma.

“Aku setuju dengan pendapatmu. Nanti kita buat kaos yang sama, tapi dipikir-pikir nama genk nya apa yach”?? Mia menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal karena begitu bingungnya.

“Tapi maaf teman-teman bukannya gw menolak, tapi aku bener-bener gak setuju dengan pendapat kalian, aku ingin bersahabat dengan kalian. Tapi aku gak suka buat genk-genk seperti itu, takutnya kalau kita buat genk, banyak teman-teman yang benci dan iri.” jelas Via.

“Yah Vi, tapi……….”

Sebelum Mia melanjutkan pembicaraannya bel sekolah pun berbunyi tanda peserta MOS kumpul di halaman sekolah untuk diberikan arahan dan himbauan dari kepala sekolah.

Sungguh ribet dan susah kembali menjadi peserta MOS harus menggunakan kostum planet yang sungguh menyebalkan itu seperti pake kaos kaki yang berbeda,tasnya menggunakan kantong kresek,rambutnya di ikat lebih dari 10 buah,sungguh membosankan dan menyebalkan ketika dimoment-moment MOS seperti ini.

Setelah kumpul di lapangan Rahma dan Mia senyum-senyum sendiri, dan aku bingung kenapa mereka senyum-senyum tanpa sebab. Adakah sumbernya kenapa mereka senyum-senyum sendiri. Setelah aku perhatikan ternyata mereka tersenyum ketika melihat kakak Osis. Dan kemudian aku bertanya kepada Rahma,”Rah, kamu dan Mia senyum kenapa??” Tanya Via dengan penasaran.

“Asal kamu tau aja ya Vi, aku dan Mia itu ngefans banget sama anak kelas X-2 itu, terus gw jatuh cinta sama cowok itu katanya sih namanya Dana”. jawab Rahma.

“Yang mana?” Tanyaku lagi.

“Itu yang paling cakep sendiri, Oa aku juga ngefens banget ama kakak OSIS jangan bilang sama Mia yach kalo aku ngasih tau ke kamu, aku itu ngefans banget sama Ka’ Zaenal sedangkan Mia ngefens sama ka’ Adit”. jelas Rahma.

“okey, tenang saja Rahma gw pasti gw bisa jaga rahasia ini kok, dijamin gak bakal bocor dech…….” kataku.

“Aku percaya kok sama kamu….. halah kaya ember saja bocor… . hehehehe”. Rahma sambil ketawa

Ketika asyik berbicara ternyata banyak pengarahan yang diberikan oleh kepala sekolah, sungguh menyesal sekali ku ini tidak mendengarkannya. Padahal banyak manfaatnya bagi kita khususnya bagi pelajar. Setelah beberapa lama kemudian peserta MOS di bubarkan.

Via sedang berfikir sepertinya enak sekali rasanya ketika menjadi anak SMA. Sama seperti yang Via rasakan saat ini Via ingin cepat-cepat menggunakan baju putih abu-abu dan agar cepat diresmikan menjadi murid SMA, rasanya lama sekali menunggunya waktu seperti itu. Apalagi, rumahnya sangat jauh dari sekolah sungguh enaknya jauh dari orang tua dan bebas untuk pergi-pergi kemanapun yang kita inginkan bersama teman-teman barunya. Tapi Via harus bisa mengendalikan diri dari pergaulan di zaman edan seperti ini, kalau kita mengikutinya maka kita akan masuk ke dalam jurang neraka yang isinya orang-orang berdosa.

Kicauan burung menari-nari di angkasa, Sungguh indah bila ketika memandangnya. Embun pagi menyejukan hati Semerbak wangi mawar membuat segar perasaan kita. Indahya alam ciptaan tuhan yang maha esa, Tak ada yang bisa menandinginya,Karena tuhan adalah sang kholik pencipta alam semesta.

Ricuhan murid-murid SMA bagaikan burung-burung yang sedang menyanyi-nyanyi. Murid-murid mulai berdatangan menuju sekolah untuk menuntut ilmu, walaupun ada yang niat sekolah hanya ingin mendapatkan uang jajan dan ingin memiliki banyak teman. Murid-murid berdatangan ada yang naik motor, sepeda, naik bus mini, angkot, diantar orang tuanya menggunakan mobil, adapun jalan kaki.
Bel sekolah pun berbunyi sebagai tanda waktu pelajaran dimulai. Murid-murid dengan tenang belajar di sekolah. Hening sepi keadaan di sekolah bagaikan tak berhunikan makluk, Seperti di hutan sepi sunyi.

Bel istirahat pun berbunyi, murid-murid bagaikan pasukan burung yang keluar dari sangkarnya menuju kantin gaul bu ijah. Perut mereka terjadi perang dunia ketiga mereka berebut makanan dan cepat-cepat mendahulukan mengambil makanan.

Aku tak nafsu untuk pergi ke kantin dan aku beranikan diri pergi ke perpustakaan.Setelah lamanya aku diperpustakaan datanglah seorang cowok ganteng yang diidam-idamakan oleh Rahma sahabatku sendiri.

“Hai…….vi kok sendirian saja disini.” kata cowok itu yang bernama Dana.

“Yah…. teman-teman aku lagi ke kantin, padahal aku diajak kekantin sama mereka, tapi aku pengennya pergi ke perpustakaan……. hehehe” kataku pada Dana.

“Oa…… kamu les di Prima Eta yach??” Tanya Dana.

“Eah…..kok kamu tau sich…” jawabku.

“Kan aku juga les disitu,terus gw juga sering merhatikan kamu lho!!” kata Dana.

“Memang kamu kelas X apa?, kok gw gak pernah lihat kamu?”

“Ruang X-B. oa,kamu ruang X-A ya?”

“yapz……….”

Aku tak ingin dekat-dekat dengan Dana, Tapi aku juga punya perasaan sama Dana aku bingung kalau aku berdekatan sama Dana nanti Rahma cemburu. Kemudian ku pamit sama Dana.

“Dan aku mau ke kelas dulu” kataku pada Dana.

“Owg…..eah Vi silahkan”

Kemudian aku menuju ke kelas, sebelum masuk ke kelas, di jalan aku ketemu Rahma. Aku menyapa Rahma dengan senyuman. Tapi apa yang Rahma kasih padaku, Rahma bersikap sinis. Aku bingung kenapa Rahma bersikap seperti ini kepadaku, Kemudian aku mencari Mia. Aku ingin menanyakan kepada Mia. Tentang sikap Rahma kepadaku. Setelah kutemukan Mia, ku langsung menanyakan kepada Mia.

“Mi,aku boleh nanya sesuatu kepadamu gak?” tak sengaja air mataku membanjiri wajahku yang lembut ini.

“Nanya tentang apa?”

“Tadi aku ketemu Rahma, aku nyapa dia, Tapi dia cuek, malah dia bersikap sinis kepadaku, Apa salahku Mi”.

“Apa benar tadi kamu janjian sama Dana di perpustakaan, kok kamu bisa ngehianatin sahabat sendiri sich”.

“Mi, tadi itu, aku gak sengaja ketemu Dana di perpustakaan, sumpah aku sebelumnya gak janjian, tolong bantuin aku, untuk jelasin ke Rahma Mi.”Aku memohon ke Mia agar dia bisa bantuin aku untuk jelasin ke Rahma.

“yach udah….gimana kalau pulang sekolah gw temuin kalian berdua”

“Terserah kamu Mi, yang penting Rahma tidak salah paham sama gw”

Kemudian setelah pulang gw nungguin Mia dan Rahma di kantin gaul,setelah beberapa lama aku nungguin munculah mereka dari balik kelas.setelah aku melihat Rahma.Aku langsung peluk Rahma dan aku teteskan air mataku.kemudian aku memohon-mohon agar Rahma mempercayai penjelasin yang diberikan oleh aku padanya.

“Rah, plis dengar penjelasan aku, aku gak ada hubungan apa-apa sama Dana, mana mungkin aku ngehianatin sahabat sendiri.”

“terus kenapa tadi kalian berdua ketemuan di perpustakaan.” Tanya Rahma.

“Aku gak sengaja ketemu di perpustakaan Rah, kalau kamu masih gak percaya, gimana kalau kamu nanya langsung sama Dananya?”

“owg………..yach dech aku sekarang percaya kok sama kamu, masa aku percaya sama orang lain daripada sahabat sendiri, maafin aku juga yach Vi,,”.

“Memangnya tadi siapa yang bilang sama kamu”.

“Sudah, gak usah dibahas, gak penting”.

Aku bingung kenapa Rahma langsung maafin aku, padahal aku baru sebentar jelasin kapada Rahma. leganya perasaanku ini.

“Makasih Rah”.

Kemudian kami pun saling berpelukan rasanya senang banget ketika kami baikan kembali. Setelah pulang sekolah, Aku seperti biasa membuka kembali buku pelajaran. Setelah ku membuka buku, tak sengaja ku temukan secarik kertas yang beramplop. Ku buka perlahan-lahan, tapi kenapa jantungku ikut berdetak lebih kencang. Kubaca perlahan-lahan.

Dear Via….

Izinkan aku untuk berkata jujur padamu, Sebelumnya ku minta maaf kalau aku sudah lancang mengirim surat ini. Aku sadar, aku bukan apa-apanya kamu. Aku juga tak pantas memilikimu. Tapi semakin ku pendam perasaan itu, semakin sesak rasanya dadaku ini kalau tak segera ditumpahkan.
Aku belum pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya. Tapi tiap kali aku ingin melepaskan diri darimu, Tapi tiap kali itu aku ingin semakin kuat untuk memelukmu. Dan aku merasa heran mengapa perasaan ini hanya terjadi padamu, mengapa tak tumbuh pada gasdis-gadis yang lain, Bagi anak-anak lain mungkin menilainya, Mereka lebih cantik darimu?
Tetapi ini perasaanku, Aku justru suka padamu tak hanya karena kecantikanmu, Tapi juga karena innerbeauty mu sungguh menarik bagiku. Aku tak ragu lagi memilih gadis semacam kamu. Kamu ini memang tak ada duanya di dunia ini. Sudah beberapa lama ku pendam perasaan ini tapi baru kali ini ku beranikan diri utuk menyatakan kalau aku “CINTA dan SAYANG”sama kamu. Maafkan aku kalau aku tak gentel seperti anak laki-laki lain yang mengutarakan langsung di depan wajah dan bertemu langsung empat mata.

Tapi kalau kau mau agar aku langsung mengutarakannya aku akan mencoba, besok kita ketemu pulang sekolah di kelas X-9.

Orang yang mencintaimu
Adytia Pradana Putra

Aku bingung,Aku tak tau harus berbuat apa. Aku bingung memilih salah satu ini CINTA atau SAHABAT. Kata-kata itu selalu menggoyang-goyang pikiranku. Aku punya persaan sama Dana dan aku juga gak mau menyakiti perasaan sahabatku. Kenapa bisa terjadi pada aku, kenapa tidak Mia??? Bukanya aku iri pada Mia, tapi karena perasaan bingung ini jadinya aku tak sadar menyalahkan Mia.... ya tuhan tolonglah diriku ini, aku harus berbuat apa?.

Kemudian aku berfikir, aku sudah janji hidup dan matiku akan ku pertaruhkan demi sahabatku yang ku sayang. Aku relakan Dana untuk sahabatku Rahma. Aku tak ingn melihat sahabatku sedih.
Aku sudah punya keputusan, aku gak akan terima Dana jadi pacarku, Tapi aku akan bersujud di depan Dana dan bermohon-mohon agar Dana mau jadi pacarnya Rahma.

* * * * * * sekian * * * * * * * *


cinta yang sebenarnya adalah ketika kamu menitikkan air mata dan masih peduli terhadapnya....cinta yang sebenarnya adalah ketika dia tidak mempedulikanmu dan kamu masih tetap menunggunya dengan setia....
cinta yang sebenarnya adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan kamu masih bisa tersenyum dan berkata "aku turut berbahagia untukmu wahai SAHABATKU"

Cinta dan Dongeng


Cinta dan Dongeng
Cerpen oleh mulyono

“Kringggg.....!!!”

“Assalamualaikum”. Pesan baru dari Handphone ku, tertulis salam dari pengguna nomor baru. Dan ku jawa “Waalaikumsalam....”.

“Ini maya ya....?”, balasan sms pun datang menjawab salamku.

Langsung ku balas “Iya. . .ini me, ne spa ya?”, pesan singkat ku lontarkan kembali kepada pemilik nomor baru dalam Handphoneku.


Panggilan masuk pun berdering lewat Handphone ku dengan nomor baru itu. Ku jawab salamnya dan pembicaraan pun berlangsung dengan ku. Pemilik nomor baru itu adalah seorang pria yang bernama Andi. Dia mendapatkan nomor teleponku dari Abang angkat ku yang ku kenal baik selama ini.

Perkenalan baru yang bermula lewat Handphone membawa aku dan dia akrab. Saling bercerita tentang kehidupan masing-masing, bercanda bersama meski lewat Handphone.

Pertemuan pun kami rencanakan di rumahku yang sederhana. Di malam yang cerah dia datang bersama seorang teman yang menemaninya.

“Assalamualaikum. . . .?” terdengar dari luar pintu rumahku seseorang mengucap salam seraya mengetuk pintu rumahku.

“Waalaikumsalam. . .” jawabku sambil ku buka pintu rumahku.

Seraya tersenyum sopan, seorang pria berdiri di hadapanku sambil bertanya kepadaku, “Benarkah ini rumahnya Me?” tanyanya singkat.

“Ya benar, , , Anda siapa dan ada perlu apa dengan saya?” ku jawab pertanyaannya sambil ku lontarkan pertanyaan balik kepadanya.

“Saya Andi yang menelpon Kamu tadi” jawabnya singkat.

“Oh. . . Bang Andi itu ya. . .?? hmmm. . . . ayo silahkan masuk, kirain siapa tadi.” Jawabku sambil menyuruh dia dan temannya masuk kedalam rumah.

“Silahkan masuk dan silahkan duduk,” ku persilahkan lagi kepadanya.

“Iya. . . terima kasih,” seraya berjalan masuk dan duduk di kursi yang ada di ruang tamu rumah ku.

“Sebentar ya. . .!!” jawabku sambil ku tinggalkan mereka sejenak di ruang tamu, ku bergegas pergi ke dapur dan membuatkan 2 gelas teh manis panas dan ku persilahkan kepada mereka.

“Diminum tehnya, , , tapi masih panas sangat,” kataku basa-basi.

“Iya terima kasih, , , “ jawab mereka.

“Gimana. . . susah ya nyari alamat rumah Me?”, tanyaku membuka suasana yang hening.

“Iya. . . sempet juga nyasar tadi, soalnya belum pernah main-main ke daerah sini,” balasnya.

“Ya. . . begini lah keadaan rumah Me,”

“Hmmm. . . sunyi ya disini, kemana semua keluarga Me?” tanya nya kepadaku.

“hmmm.... kalau bapak sama mamak Me lagi di kamar lihat televisi, adik Me yang pertama lagi keluar latihan main Band, kalau adik Me yang kedua lagi lihat tv di ruang tengah, sedangkan kedua kakak Me udah berumah tangga mereka udah tinggal di rumah mereka masing-masing,” jawabku menjelaskan.

“Oo. . . kirain pada pergi, soalnya sunyi sih rumahnya.” Katanya balik.

Aku yang memang terkenal mudah bergaul dengan orang laen dengan mudah bisa membawa suasana menjadi ramai dan tidak terasa canggung dalam berbicara meskipun baru pertama kali bertemu. Pembicaran dan canda tawa di ruang tamu membawa kami lupa bahwa kami baru bertemu, seakan udah lama sangat berkenalan. Nah, , , itu lah sifat pribadi Me yang mudah membaur dengan orang laen. Tak terasa waktu udah menunjukkan jam 11 malam. Dia dan temannya permisi buat pamit pulang.

“Berhubung sudah malam, kami pamit pulang dulu ya, laen waktu bolehkan kami main ke rumah Me lagi,? Tanyanya kepadaku .

“Boleh saja atuh bang, , ,” jawabku dengan gaya bicaraku yang terbilang unik, yang mencampurkan bahasa daerah laen.

“Ya udah kalo begitu, , , Assalamualaikum Meme?” kami pamit pulang, katanya kepadaku sambil bergegas pulang.

“Waalaikumsalam bang, , ,” jawabku.

Ku bersihkan ruang tamu ku yang tadi berantakan. Saat selesai ku bersihkan lalu ku rebahkan tubuhku di tempat tidur. Tak lama Handphoneku berdering. Sebuah panggilan masuk dari bang Andi. Ku perhatikan sejenak, lalu ku angkat segera teleponku.

Mei :”Hallo Assalamualaikum Bang.....?” sapaku lewat Handphone.
Bang Andi :”Waalaikumsalam Meme. . .” balasnya.
Mei :”Ada apa bang, , ,? Apa ada yang tertinggal di rumah Me?” tanyaku heran, karena baru saja mereka beranjak pamit pulang, kemudian Handphoneku berdering.
Bang Andi :”hmm. . . nggak ada apa-apa kok, Cuma pengen ngobrol aja neh sambil makan...”
Mei :”Oo. . .kirain ada yang tertinggal di rumah Me, , eh rupanya. . .rupanya. . .”
Bang Andi :”Heeee. . . nggak apa kan Mei, Bang nelepon neh?”
Mei :”nggak apa atuh Bang. . .”
Bang Andi :”Ternyata bener ya. . . nggak dari Handphone maupun jumpa langsung, Meme ananknya enak kalau di ajak ngomong gitu, mudah akrab orangnya,”
Mei :”Heeee. . . begini lah Me, Bang, orangnya”

Pembicaraan yang bisa di bilang ya. . . seperti orang-orang pada umumnya, membawa keramahan tersendiri bagi siapa yang mengenal diriku. Terkesan tomboy, tapi paling asyik jika diajak bicara. Semenjak perkenala itu, kami semakin akrab dan semakin sering bertemu. Hingga pada akhirnya membawaku untuk menemaninya menghadiri sebuah acara pernikahan temannya. Aku yang biasa tampil dengan gaya ku sendiri kini ku hadir dengan balutan gaun putih dengan rambut yang sengaja ku tata beda dengan high heel senada dengan gaun yang ku kenakan. Mungkin yang biasa melihat aku bergaya tomboy, sekarang bisa menjadi cewek feminim yang benar-benar beda di malam acara tersebut. Tak dipungkiri juga, dia yang biasa melihat aku langsung gak percaya saja melihat aku yang sekarang ini.

Bang Andi :”Waw, , , , I like it’s. . .”

Mei :”hmmm. . . apa sihh. . . Jangan diliatin terus, Me jadi gak PeDe atuh” jawabku dengan muka malu.

Bang Andi :”Ngapain malu. . . beneran lo. . . I Like this. . . sumpah beda banget lo” jawabnya memujiku.

Mei :”Udah ach. . . jangan komen terus, , ,buruan kita pergi ntar kemalaman “, pintaku.

Bang Andi :”Ya udah yuk . . . tapi entar dulu, Bang pamitan dulu sama orang tua Me,”


Mei :”Silahkan bang, , , tuh mama ada kok di ruang tengah”

Dalam perjalananku menuju tempat dimana acara itu di gelar, banyak pembicaraan yang kami lontarkan. Tak khayal sebuah komentar perubahanku. Dari pertanyaan dan pertanyakan ku menjelaskan bagaimana diriku ini.

Mei :”Ya, , , seperti bang lihat sekarang ini, Me yang biasanya tampil apa adanya dengan gaya tomboynya Me, sebenarnya Me bisa tampil dengan gaya feminim seperti saat ini, Cuma Me kadang-ladang aja kayak gini, bisa di bilang jika ada iven-iven kayak gini neh, Me kadang menyesuaikan keadaan sekitar Me, bagaimana berpakaian saat bekerja, di rumah, kumpul dengan teman, atau pun pergi ke pesta,” kata ku menjelaskan panjang lebar dengan nya.

Bang Andi :”Tapi beneran. . .Bang jadi PeDe kalau seperi ini, beda banget lo Me malam ini, sungguh I Like it banget lo.”
Mei :”Ya makasih bang.”

Akhirnya tiba di tempat dimana kami tuju. Setiba di sana aku merasa nggak enak banget di lihati oleh para tamu undangan yang hadir dalam acara tersebut. Aku sampai berpikir kalau ada yang salah dengan diriku hingga banyak yang melihat aku di malam itu. Tapi dia menyakinkan k kalau gak ada yang salah dengan diriku, itu karena aku tampil beda dengan lainnya. Mendengar ucapannya kepadaku, aku berusaha nyantai membawa suasana seperti itu. Dan sukses juga acara menemani dia.

Perkenalan yang singkat itu akhirnya menumbuhkan rasa di antara kami berdua. Tak bisa di tutupi lagi, cinta pun tumbuh diantara kami. Hari demi hari kami lalu, semakin lama semakin dekat. Walau kadang kami tidak sesering bertemu, percakapan lewat Handphone juga bisa mendekatkan kami jauh lebih dekat ketimbang terus bertemu muka.

Saling mengerti, saling mengingatkan, saling percaya kami patokan dalam hubungan kami. Keterbukaan satu sama yang lain juga kami lakukan dengan sikap dewas. Hingga keseriusan di antara kami ada.

Saat dia kerja, dan mengharuskan dia tak bisa bertemu denganku, ku menghargainya. Kami saling mengingatkan satu sama yang lain agar selalu dekat dengan Yang Maha Esa. Itu lah satu poin dimana aku bisa mencintainya, selain aku bisa deket dengan cintainya, aku juga bisa mendekatkan diri dengan Yang Maha Esa.

Tapi di perjalanan cintaku selalu tak semulus dengan hari-hariku yang ku lewati dengan senyum ceria dan semangat. Aku harus merasakan rasa sakit hati kembali dengan yang namanya Cinta. Pertemuan dan hubunganku tak secerah awan dan ibarat umur, hanya seumur jagung. Tanpa alasan yang pasti, ku harus melepaskan cintaku yang telah bersamaku untuk orang laen. Sungguh cinta yang katanya indah, kini bagai dongeng di saat malam tiba, dimana yang katanya indah tidak bisa aku rasakan. Kini diriku tidak bisa berbuat banyak tentang hal ini, ku harus bisa menjadi aku sebelum atau pun sesudah nya, aku adalah aku. Semogga Allah selalu menuntunku dan memberikan ku kesabaran dalam menjalani kehidupan aku ini.

Cerpen Cinta Remaja: CINTAKU UNTUKNYA

CINTAKU UNTUKNYA

Cerpen oleh: mulyono

“Wanda gwa pengen ketemu ma elo jam 14.00 siang ini di taman deket sekolah,deket air mancur ya!.
By sesil”

Sebuah tulisan dalam kertas yang di tempel di sebuah mading sekolah menengah atas.


“Wan ,elo punya masalah apa ma sesil ?” Tanya seorang pria berseragam yang baru masuk ke ruang kelas.
“kagak ,emang kenapa ?”Tanya wanda bingung.
“Sesil ngajakin elo ketemuan siang ini juga dan yang paling parah lagi ajakan itu di tulis di mading”.
“Masa sih ?”.Wanda terlihat cuek.
“Ya udah elo liat aja”. Wanda pun beranjak dari bangkunya dan pergi menuju mading sekolah bersama tian temanya itu, tak ama kemudian merekapun sampai di depan mading sekolah yang telah dikerumi oleh murid murid.Wanda merasa heran dan dia pun mengeluarkan sebuah phonsel dari dalam kantong celananya.
“Non kamu lagi ma sesil gak” ? ( isi pesan singkat yang ditujukan kepada noni teman satu sekolahnya ,noni juga adalah teman baik sesil).
Di sisi lain sesil ,noni , lulu, mia sedang berkumpul. Tiba tiba ponsel noni berbunyi dan di ambilah ponselnya dari dalam tas dan terlihat di layar ponsel tertulis pesan dari wanda, noni tak menghiraukan pesan dari wanda dan menaruh kembali hpnya kedalam tas.
“sms dari siapa non ? kok gak di bales ?.”Tanya sesil pada noni.
“Adik gwa minta di beliin coklat pulang nanti!”.Jawab sesil terlihat sedikit grogi karena telah brebohong.
“Sil elo serius mau nembak wanda ?”. Tanya lulu.
“Ya iya lah ,soalnya gwa bener bener suka ma dia”.
“Emangnya elo gak malu apa ?”.Mia ikut ikutan berbicara sedangkan noni terlihat lesu.
“Kenapa harus malu ?”. jawab sesil enteng sambil tersenyum bahagia.
“Gimana kalo elo di tolak ? secara ,dia tu kan bisa di bilang cowok terkeren di sekolah kita ini!”. Tanya lulu kembali.
“Gak tau !”.Jawab sesil pelan dan terlihat sedikit melemah.
“Bener tu gimana kalo elo di tolak mentah mentah ! elo tu selalu nekat ya !”.Ceplos mia.Noni masih terlihat diam.
“Ah, kenapa kalian pada ngomong gitu !”.Sesil terlihat lesu.
“eh sory, gwa gak maksud ngomong gitu”. Sahut mia sambil menempelkan tangan nya di mulut.
“Non ko diem aja ? Apa pendapat elo dengan tindakan konyol sesil?”.Tanya mia pada noni yang masih diam.
“Aku gak punya pendapat apa apa, buat aku selama tindakan sesil bisa buat dia bahagia aku akan setuju aja”. Jawab noni sambil sedikit tersenyum.
“I love you noni!”.teriak sesil pada noni dengan raut wajah gembira.
Noni tersenyum .Noni mengeluarkan ponsel dari dalam tas nya dan tiba tiba membalas pesan singkat dari wanda.
“Tolong jaga perasaan sesil”.( Pesan yang di kirim pada wanda).
Orang orang yang mengerumuni mading terllihat sudah pergi dan hanya ada wanda dan tian saja. Pesan dari noni telah di terima wanda. Wanda langsung mengambil ponselnya dan langsung membukanya. Wajah wanda terlihat bingung setelah menerima pesan dari noni lalu di balasnya kembali pesan tersebut.
“Apa maksudnya non ?”isi pesan wanda pada noni.
Tak lama kemudian bel sekolah berbunyi nyaring,
“Cabut yuk ian!”.ajak wanda pada tian sembari menunggu balasan pesan dari noni). Wanda dan tian mulai pergi menuju ruang kelasnya. Wanda masih menunggu balasan pesan dari noni yang sampai kegiatan belajar masih juga belum ada balasan.
Setelah cukup lama berada di ruang kelas bel istirahat berbunyi para murid pergi untuk istirahat begitu pula wanda, tian ,sesil, noni, mia dan lulu.
“Guys kita istirahat di samping lapang olah raga aja ya!”.ajak sesil kepada temanya.
“Kayak biasa ke kantin dulukan “.Ucap lulu sambil melihat wajah sesil.
“Ya ia lah kaya biasa aja”.Jawab sesil sambil pergi meninggalkan ruang kelasnya.
“Sil gwa mau ke toilet dulu ,kalian duluan aja ya !”.Ucap noni sambil pergi meninggalkanmereka.
“Jangan lama lama ya!”.teriak sesil pada noni. Noni menoleh sambil mengacungkan jempol tangan nya.
Merekapun be pisah ,noni pergi ke toilet sedangkan yang lainnya pergi ke kantin untuk membeli beberapa makanan. Sepulang dari toilet noni bertemu wanda tapi noni pura pura tak melihatnya, wanda teriak memanggil nama noni tapi noni tak menghiraukanya. Wanda berlari mengejar noni dan nonipun terkejarnya.
“hei kenapa gak nunggu aku padahal dari tai aku teriak teriak manggil nama kamu”. ucap wanda sambil tersenyum.
“sory gwa gak denger!”. jawab sesil judes sambil pergi. Wanda menghalau noni untuk pergi.
“ Kenapa sih ,kamu kok berubah banget semenjak aku pindah sekolah ke ini”.
Noni masih berusaha pergi meninggalkan wanda dan tak menghiraukan pertanyaannya. Wanda memegang tangan noni dan menariknya pergi.
“Loe mau bawa gwa kemana wan?”. Tanya noni sambil berusaha melapaskan tanganya dari cengkraman wanda.
“Gwa pengen ngomong sesuatu sama elo tapi gak di sini”.
“Kenapa berubah?, kenapa dia manggil gwa dengan kata lo padahal biasanya kamu !”.Ucap noni dalam hati.
“Ya tapi gak usah tarik tarik segala dong!”
Wanda tak menghiraukan ucapan noni sampai akhirnya mereka sampai di suatu tempat yang tak banyak di kunjungi murid murid. Wanda masih memegang tangan noni.
“Lo mau ngomong apa?”. Teriak noni pada wanda.
Wanda menatap wajah noni dan masih memegang tannganya.”lo kenapa ? “.Tanya wanda sambil melepaskan cengkraman tanganya.
“kenapa apanya maksud lo ?”. Tanya noni pura pura tak mengerti sambil mengelus elus tanganya.
“Kenapa semenjak gwa pindah sekolah ke sini lo berubah ,lo susah banget di hubungi ,gwa juga susah ketemu ama lo, kenapa lo ngindar terus dari gwa dan yang paling bikin gwa sakit hati kenapa lo tiba tiba mutusin hubungan kita tanpa sebab kalau gwa punya salah tolong ngomong non ?”.Tanya wanda seewot.
Noni terdiam dan menundukan kepalanya.”kenapa tiba tiba gwa pengen nangis kaya gini”.ucap noni dalam hati.
“Non tolong jawab pertanyaan gwa “.
“Gwa kan udah bilang gwa udah gak suka lagi ma lo!”.jawab noni sambil menahan tangisan.
“Tapi kenapa tiba tiba gitu, kalau gwa punya salah yang udah bener bener nyakitin hati lo gwa minta maaf”.
“kalau kamu ingin tahu sebenernya aku masih sayang makamu tapi sekarang aku gak bisa kaena sesil juga suka ma kamudan aku bingung wan, aku sayang ma kamu tapi aku juga gak mau ngeliat sesil sedih”. kata noni dalam hati.
“Kenapa lo diem aja ? lo masih sayangkan ma gwa ,non !”
Noni menarik napas panjang.”Gwa suka ma cowok lain”.
Deg ..!,Wanda terlihat kaget dan terdiam sejenak mendengar jawaban noni.”o....! jadi karena itu”. Mata wanda terlihat memerah menahan tangisan.
“Ya ,ekarang lo puas !”.Kata noni yang langsung pergi meninggalkan wanda sambil mengeluarkan air mata yang dari tadi ingin di keuarkanya.
Wanda masih terlihat kaget dan masih diam.
Noni berlari menuju lapang olah raga sambil mengelap air matanya.
“Itu noni!”. Ucap lulu sambil menunjuk ke arah noni.
“Non ko lama banget ke airnya, jangan jangan lo tidur ya ?”. Ucap mia jail.
Noni hanya tersenyum.,sesil memperhatikan wajah noni,
“Kamu habis nangis ya non?”. Ceplos sesil dan yanng lain pun langsung menatap wajah noni.
“Kagak, emang keliatan abis nangis gitu ?”.Kata noni seperti yang tak terjadi apa apa
“ya,soalnya mata loe keliatan merah sih!”. Ucap sesil .
“Tadi gwa kelilipan jadinya mata gwa merah kayak gini”. Kata noni sambil tersenyum.
“o.........!”.Kata sesil singkat, dan merekapun langsug melanjutkan perbincangannya tanpa menghiraukan kembali mata noni. Beberapa menit kemudian noni bertanya pada sesil.
“Sil lo bener bener suka ya sama wanda ?”.Tanya noni pelan.
“Yups, gwa suka pada pandangan pertama,”. Jawab sesil sambil tertawa kecil,
“O.........!
“Kenapa ?”
“Gak kenapa napa ko!”.Ucap noni sambil tersenyum.
“Loh kok ?”.Sesil terlihat bingung. Cukup lama mereka biristirahat bel masuk telah berbunyi.
“Bel udah bunyi tuh, masuk yuk !”. ucap noni .
Mereka pun pergi menuju kelasnya, Sesil terlihat bahagia sedangkan noni terlihat murung dan semangat belajarnya menghilang.
13.45 tandanya kegiatan belajar telah selesai dan murid muridpun berhamburan keluar sekolah untuk pulang kerumahnya masing masing.
“Gwa deg degan”. Ucap sesil sambil memasukan buku pelajaran ke dalam tasnya.
“Semangat sesil”. Ucap mia .
“Kita bakalan nemeni lo ko ya kan non!”. Kata lulu sambil melihat noni yang hanya tersenyum melihatnya.
“Apa yang harus aku lakukan ?”. ucap noni dalam hati.
“Ya udah kita langsung ketaman aja !”. Ajak lulu pada sesil dan yang lainya, dan merekapun langsung pergi ,karena jaraknya tak terlalu jauh merekapun telah sampai di taman.
“Guys gwa rapi gak ? Gwa grogi ni !”. Ucap sesil yang tak bisa diam.
“Sip, tenang aja kita bakalan ada nemeni lo,”.ucap mia menenangkan sesil.
“Eh wanda udah dateng tuh”.Ucap lulu dan pandangan merekapun menuju wanda begitupula pandangan noni.
“Ya tuhan kuatkan hati hamba!”kata noni dalam hati.
“Sil bururan pergi!”. kata lulu sambil mendorong sesil.
Sesilpun pergi menemui wanda, dan akhirnya mereka berdua bertemu.
“Hai wan ?”.Ucap noni mendahului pembicaraan.
Wanda tersenyum jutek,”Lo mau ngomong apa ma gwa?”. Ucap wanda sambil melihat keadaan sekitar ,secara tidak di sengaja wanda melihat noni dan yang lain sedang memperhatikan mereka di dekat semak semak yang jaraknya tak jauh dari air mancur. Noni dan yang lainya terlihat kaget dan merekapun bersembunyi kecuali noni yang masih kaget tapi lulu langsung menarik noni untuk bersembunyi.
“Kenapa wan ?”.Tanya sesil.
“Ah gak apa apa”. Jawab wanda sambil tersenyum dan tiba tiba sikap wanda menjadi berubah yang tadinya jutek sekarang jadi ramah.”Tadi lo mau ngomong apa ya ?”.Tanya wanda sambil trsenyum pada sesil.
“wanda ganteng banget pa lagi kalo senyum!” ucap sesil dalam hati.
“Hei, ko ngelamun gitu?” ucap wanda sambil melambaikan tangannya di depan wajah sesil.
“O ...!, sory sory, ini gwa, emmmm !!!!!”
“Gwa suka ama lo !”.Ucap wanda tanpa basa basi.
Sesil terkaget,”Serius lo suka ama gwa !
“Ya!”Ucap wanda singkat yang langsung memeluk sesil.”Noni maafin gwa tapi gwa juga gak mau sakit ati Cuma gara gara lo!”.ucap wanda dalam hati.
Di sebrang sana terlihat mia, lulu bahagia sedangkan noni terlihat sedih.
“Sesil di peluk !”.Kata lulu gembira pada mia.
“kenapa gwa jadi lemes gini ! kenapa tulang di kaki gwa terasa hilang,kenapa mata gwa jadi terasa panas gini, kenapa ???”.ucap noni dalam hati dengan keadaan mata yang berkaca kaca. Tiba tiba noni berlari meninggalkan mereka,
“Lu noni mau kemana tu ?”.Tanya mia pada lulu.
“Ya mana gwa tau!”.
“Kejar yuk “.Ajak mia yang langsung lari mengejar noni laludi ikuti lulu.
“Noni kemana mi?”.Tanya lulu sambil melihat keadaan sekitar mencari cari noni.
“Gak tau, gwa sms aja ya !”.Saat mia mengambil ponsel dari dalam tasnya tiba tiba ponselnya berbunyi dan di lihat noni mengirimkan pesan.
“mi, sory gwa pulang duluan coz gwa sakit perut.”
“ok gak apa apa ko.”nanti gwa kesana y.
“Noni pulang duluan katanya dia sakkit perut”.Ucap mia.
“ko lo tau ?”.
“Barusan dia sms gwa.”
“O.....! tinggal kita berdua dong !,makan yuk gwa laper ni.”
“Ok !!!”.
Di tempat yang berbeda noni sedang menangis sambil duduk lemas.
“kenapa hati ini sakit, padahal seharusnya gwa senenng dengan semuanya, kenapa, kenapa ?”.Noni menaik napas panjang sambil mengelap air mata yang tak henti mangalir di matanya.
“Noni , sebentar lagi lo ujian dan setelah lulus lo bisa pergi keluar kota dan tak melihat mereka lagi, tenang dan terus semangat”. Ucap noni sambil menyemangati dirinya sendiri.
*****

Cerpen Cinta: MIRACLE OF LOVE


Miracle of love

Oleh: mulyono
“Kate, mengapa kau tidak memakan sandwichmu?” tanya Alexa sambil menopang dagu. Kate menatap Alexa tak bergairah, lalu tersenyum tipis. Alexa mengangkat alis, lalu bergumam tak jelas, “Whatever”.
“Honey!!!” panggil seorang cowok dari kejauhan. Alexa mencari sumber suara, dan mendapati James Shady, pacar Kate yang saat itu sedang berjalan menghampiri meja mereka. Alexa tersenyum, dan James membalas senyumnya.
“Jadi, ada apa denganmu Kate?” tanya James lembut, sambil menarik kursi dan duduk. Kate menggeleng, “Tidak ada”.
“Kau yakin?”, Kate mengangguk. James menatap Alexa, seolah minta penjelasan, ada apa dengan Katenya? Tapi, Alexa mengangkat bahu.
“Kau tidak bisa bilang ‘tidak ada apa-apa’, jika wajahmu seperti itu.” James sengaja menekankan 
kalimat ‘tidak ada apa-apa’. Alexa yang melihat James dan Kate hanya tersenyum.
“Aku hanya lelah..” akhirnya, Kate angkat bicara.
“Kalau begitu, kau perlu istirahat. Kau mau makan sandwichmu dulu, atau aku langsung kita langsung pulang ke apartement?” ujar James sambil beranjak dari duduknya.
“Aku tak ingin makan apapun.” Kate menatap James malas.
“Oke, tapi kau harus makan sesuatu di apartementmu, atau aku akan memaksamu untuk makan. Ayo Kate, kita pulang” ucap James sambil menggandeng tangan Kate.
“Aku dan Kate duluan, Lex” pamit James.
“Ya, hati-hati” Alexa berkata lirih, lalu ia merapikan rambutnya, dan juga beranjak pergi.
*****
Saat ini, Alexa sedang berada di Delicio Cafe. Dia sedang mengaduk jus jeruknya. Dia tidak pernah menyukai bir, wiski atau semacamnya. Menurutnya, seseorang tidak harus minum bir agar terlihat dewasa.
“Kau Alexa?” ucap seseorang dengan tiba-tiba sambil menepuk bahunya pelan. Kate menoleh, dan mendapati seorang cowok dengan rambut pirang berantakan sedang tersenyum lebar. Dia mencoba menebak cowok didepannya. Tapi, dia tak mendapati jawabannya.
“Memangnya, kau siapa?” akhirnya, Kate bersuara.
“Ya ampun Kate! Kau tidak mungkin melupakan sahabat kecilmu yang berjanji akan menemuimu begitu kau kembali dari Paris kan?”
“Oh My God! Kau Dylan?” mata biru Alexa berbinar. Cowok di depannya tertawa, lalu menarik kursi dan duduk di hadapan Alexa.
“Kau apa kabar?” tanya Dylan.
“Baik, kau bagaimana? Kau mau pesan sesuatu?”
“Aku merasa lebih baik setelah bertemu denganmu. Aku sudah cukup kenyang melihatmu.”
“Benarkah?”
“Kau tahu, aku selalu mempunyai energi lebih jika melihatmu.” Alexa tersipu.
“Kau selalu seperti itu...” Dylan tersenyum lebar.
*****
“Alex, aku dengar kamu akan pindah? Benarkah?” Dylan kecil bertanya pada Alexa kecil. Saat itu, umur mereka 8 tahun. Alexa kecil terdiam sebentar, lalu mengangguk pelan. Matanya terlihat sedih.
“Jadi, aku tak akan bertemu dengan kamu lagi?”
“Padahal, Alex ingin selalu bersama Dylan.”
“Dengar Lex, apapun yang terjadi, saat kau kembali lagi kesini, aku akan menemuimu. Aku janji. Karena, aku menyukaimu. Dan aku janji aku hanya akan menikah denganmu. Maukah kau berjanji hanya akan menikah denganku?” Dylan berkata malu-malu.
“Alex juga suka Dylan. Alex janji hanya akan menikah dengan Dylan.” Ucap Alexa sambil mengaitkan jari kelingkingnya dengan kelingking Dylan. Alexa dan Dylan sama-sama tersenyum.
*****
“Kau sekarang tinggal dimana?” tanya Alexa, masih di Delicio Cafe.
“Setelah kau pergi, aku pindah ke New York”
“Bisa aku minta alamatmu?”
“Untuk apa?”
“Kalau-kalau suatu saat aku membutuhkan tumpangan ketika di New York. Aku tidak perlu repot-repot menyewa apartemen kan?” Dylan tertawa, lalu memberikan secarik kertas yang bertuliskan alamatnya.
“Terimakasih.”
“Ya, sama-sama. Ehm, Lex, apakah kau pernah berkencan dengan seorang pria?”
“Tidak, aku tidak mungkin berkencan dengan seorang pria, ketika aku masih mempunyai janji hanya akan menikah dengan seseorang.” Alexa tertawa.
“Bagus, karena akupun tidak pernah kencan dengan gadis manapun. Aku masih menunggu seseorang yang akan kembali dari Paris.” Kali ini, Dylan tersenyum.
*****
“Halo Kate!” ucap Alexa ditelepon
“Hi! Ada apa?”
“Apa kau sudah baikan?”
“Aku tidak apa-apa.”
“Tapi, kau lelah.”
“Tidak lagi. bagaimana mungkin, James memaksaku untuk beristirahat, dan dia tak membiarkanku pergi kemanapun.”
“Dia sayang padamu.”
“Ya, aku tahu.”
“Apa dia sedang bersamamu?”
“Ya, dan dia sedang mengawasiku. Kau mau berbicara dengannya?”
“Tidak perlu.”
“Jadi, kenapa kau meneleponku?”
“Aku bertemu dengan Dylan.”
“Kapan?”
“Saat aku sedang di Delicio Cafe. Dan aku baru saja pulang dari sana.”
“Dylan itu siapa?”
“Sahabat kecilku yang pernah berjanji akan menemuiku saat aku kembali dari Paris.”
“Oh ya?”
“Saat kecil dulu, dia juga berjanji hanya akan menikah denganku.”
“Dia manis.”
“Ya, begitulah.”
“Alex, sampai kapan kau akan menelepon Kate?” ucap James di telepon. Alexa tertawa.
“Oke, oke James. Aku tak akan mengganggumu. Night.” Alexa memutuskan sambungan telepon.
*****
“Hmm... jadi, Dylan yang membuatmu tak berkencan? Karena kau sudah janji dengannya?” tanya Kate. Saat itu Alexa sedang berkunjung ke apartement Kate.
“Ya, begitulah.”
“Kukira kau tidak normal.” Sambung James.
“James, ini urusan wanita. Kau tidak perlu mengatakan pendapatmu.” Alexa berkata tajam. James tertawa.
“Oke, oke sebaiknya aku menghindarimu. Kalau tidak, mungkin kau akan memakanku.” James berkata mengejek. Alexa mengambil bantal, lalu melemparkannya pada James. James tertawa.
“Sudahlah Lex, James memang suka seperti itu. Dia akan senang kalau melihatmu marah-marah.” Ucap Kate.
“Oke, oke.”
“Mungkin, kapan-kapan aku bisa berkenalan dengan Dylan?”
“Yeah, tentu.”
*****
Dua bulan kemudian....
“Alex, kau sedang dimana?” tanya Kate ditelepon.
“Di taman, depan apartement.”
“Dengan siapa?”
“Kau tahu jawabannya.”
“Dylan?”
“Yeah, benar. Jam 7 malam, dia mendatangi apartementku dan mengajakku duduk-duduk di bangku taman.”
“Aku akan menyusulmu. Kau harus mengenalkan Dylan padaku.”
“Tentu, Kau bersama James?”
“Ya, dan kita akan kencan ganda.”
“Kate, aku belum resmi berkencan dengannya.”
“Tapi, dia berjanji akan menikahimu, dan itu lebih dari sekedar kencan.” Lalu, Kate memutuskan telepon. Alexa menatap ponselnya kesal.
“Siapa Lex?”tanya Dylan.
“Kate, temanku.”
Beberapa menit kemudian....
“Alex, apa kau saat ini bersama Dylan?”
“Yeah, ada apa? Kau dimana?”
“Tidak ada apa-apa. Kau yakin sedang bersama Dylan?”
“Yakin, Kaaatee, kau belum menjawab pertanyaanku, kau dimana?”
“Aku sudah di taman, dan aku sudah melihatmu. Sebentar lagi, aku akan menyusulmu. Apakah Dylan duduk disebelahmu?”
“Ya ampun Kate, haruskah aku mengupload fotonya yang sedang duduk disebelahku?”
“Tidak, tidak perlu.” Lalu, Kate memutuskan sambunngan.
“Siapa?” tanya Dylan lagi.
“Kate.”
“Apakah dia akan menemuimu?”
“Tentu, bukan hanya menemuiku, juga menemuimu. Dia bilang, dia ingin berkenalan denganmu.”
“Tidak! Dengarkan aku Alexa, kau ingat janjiku dulu?”
“Janji apa?”
“Janjiku menikahimu”
“Ya, aku ingat.”
“Aku akan tetap menikahimu, apapun yang terjadi. Walau harus dalam jiwa yang berbeda.” Mata Dylan terlihat sedih
“Maksudmu?”
“Berjanjilah, kau akan menungguku?”. Alexa mengangguk.
“Sampai jumpa Alexa, aku mencintaimu.” Dylan berkata sambil mencium kening Alexa, lalu berlari pergi. “Aku juga mencintaimu.” Ucap Alexa lirih. Dia termenung, ciuman Dylan di keningnya terasa dingin.
“Alex!!”. Alexa menoleh, dan mendapati Kate dan James sedang bergegas kearahnya.
“Mana Dylan?” tanya James, begitu dia sampai di depan Alexa.
“Dia pergi, dan sebelumnya dia mengatak sesuatu yang aneh.”
“Apa?” tanya Kate dan James bersamaan.
“Katanya, dia akan tetap menikahiku, walau dalam jiwa yang berbeda, apa maksudnya?”
“Mmm... sebenarnya, saat aku meneleponmu tadi. Aku hanya melihatmu sendiri, tanpa Dylan. Makanya, aku bertanya padamu, apakah Dylan sedang duduk bersamamu?”
“Benarkah? Apa kalian tidak bohong?”
“Tidak!!” ucap Kate dan James lagi- lagi bersamaan.
“Jadi, kalian hanya melihatku duduk sendirian disini?”
“Yeah, kau tahu jawabannya.” Ucap Kate.
“Jadi, maksudmu, Dylan hanya bisa dilihat olehku?”
“Mungkin.” Sahut James.
“So, Dylan itu apa?”
“Kami tak tahu.” Alexa terduduk lemas, “Bisakah aku kembali ke apartementku sekarang? Aku butuh waktu untuk berfikir.” Kate dan Jmes sama-sama mengangguk. Alexa berjalan lesu menuju apartementnya.
“Alex! Kalau ada apa-apa kau bisa meneleponku.” Alexa sama sekali tak menoleh, dia hanya mengangguk samar.
*****
Sesampainya di apartement, Alexa melempar sepatu dan tasnya begitu saja, lalu menjatuhkan dirinya ke sofa. Dia benar-benar bingung dengan kejadian barusan. Ada apa dengan Dylan? Alexa tiba-tiba berdiri, dia ingat, dia menyimpan alamat Dylan, mungkin ada nomer teleponnya. Alexa bergegas menuju kamarnya dan mengobrak-abrik laci meja riasnya. Dan dia menemukan kertas alamat Dylan.
St.Wallace 159, New York
009-67455562
Alexa membawa kertas itu ke sofa, lalu mengambil ponselnya. Tidak terlalu larut, untuk menelepon seseorang. Dia menekan nomer Dylan dan terdengar sambungan di ujung sana.
“Maaf, apakah saya bisa bicara dengan Dylan?”
“Anda siapa?”
“Saya Alexa, teman kecilnya.”
“Ooh... Alexa? Sudah lama tak berjumpa denganmu Alexa.”
“Iya, Mrs.Wein. Apa kabar?”
“Baik. Saya bahagia bisa berbicara dengan salah satu sahabat kecil Dylan.”
“Maaf, Dylannya ada?”
“...........”’
“Maaf.”
“Dylan sudah lama meninggal. Dia meninggal saat kau pindah. Dia berlari kencang dari sekolah saat tahu kau akan pindah hari itu, bukan esoknya. Sebelum sampai ke rumahmu. Saat menyebrang, dia tertabrak school bus.” Mrs. Wein berkata dengan pelan. Dari nadanya, kelihatannya dia sedang menahan tangis. Alexa terduduk lemas, ponselnya meluncur dari tangannya ke lantai. Pelupuk matanya basah. Dia menangis. Jadi, selama ini siapa yang bersamanya?
“Alex! Apa kau tidak apa-apa?” tanya Kate yang tiba-tiba berhamburan ke dalam apartement Alexa. Kate bersama James. Alexa tak bergeming. Dia tetap menangis. James mengambil ponsel di lantai, dan menaruhnya di sofa.
“Alex, ada apa?” tanya Kate sambil merangkul Alexa. Alexa tetap diam.
“Alexa, kau tak bisa terus diam begini, kau harus menceritakannya pada kami.” bujuk James.
“Dylan....”
“Iya, ada apa dengan Dylan?” ucap Kate tak sabar.
“Dia... dia sudah meninggal, saat hari aku pindah.” Jelas Alexa sesenggukan. Kate memeluk Alexa tambah erat.
“Dia jahat! Dia bilang akan menikah denganku! Dia sudah janji!” teriak Alexa terisak. Kate mengusap bahu Alexa, “Sabar Lex, bukankah dia berjanji akan menikahimu, walau dalam jiwa yang berbeda?” ucap Kate menyadarkan Alexa.
“Dan kurasa, dia akan menepati janjinya, entah kapan.” Tambah James. Terdengar dari nadanya, James sendiri kurang yakin dengan perkataannya.
“Aku akan menunggunya....” tekad Alexa dengan mata menerawang.
*****
Tiga tahun kemudian.....
“James Shady, akankah kau menerima Kate dalam suka dan duka?” tanya pendeta. Hari ini, James dan Kate menikah.
“Ya.”
Alexa menahan tangis. Saat ini, umurnya 23 tahun. Dan dia belum menikah. Dia masih tetap menunggu Dylan datang. Beberapa lelaki mengajaknya menikah, tapi dia tak tertarik. Dia masih terikat janji hanya akan menikah dengan Dylan.
“Kate Allincton, akankah kau menerima James dalam suka dan duka?” tanya pendeta lagi.
“Ya.”
“Akankah kalian berdua berjanji bersama selamanya? Sampai hayat memisahkan kalian?”
“Ya.” jawab James dan Kate bersama.
Alexa tersenyum. Dia cukup bahagia menjadi pendamping wanita Kate. Mungkin, suatu saat Kate akan menjadi pendamping wanitanya.
Saat pelemparan bunga......
Seorang lelaki bertuksedo hitam mendekatinya, Alexa mengamatinya. Cowok itu tersenyum ramah. Alexa memalingkan wajahnya. Sepertinya dia kenal senyuman itu, dan mata biru lelaki itu yang berbinar hangat. Saat dia berbalik untuk menatap lelaki itu, lelaki itu sudah mendapatkan buket bunga yang dilempar James dan Kate.
“Alexa....” lelaki itu menghadap kearahnya dan menatapnya tepat dimata.
“Kau tahu namaku?” Alexa bertanya, matanya memancarkan kebingungan.
“Namaku Nathan Wayn, dan aku kesini untuk menepati janjiku.” Lelaki itu berkata lembut. Seketika air mata Alexa mengalir.
“Alexa Georgia, will you marry me?” Nathan tersenyum, dan memberikan buket bunganya pada Alexa. Alexa menerima buket bunga itu dengan air mata mengalir di pipinya.
“Yes, i will.” Jawab Alexa pelan. Nathan tersenyum, lalu memeluk Alexa erat.
“Mengapa kau menangis saat kau bisa bertemu lagi denganku?” Nathan berkata lembut, lalu memeluk Alexa lebih erat. Alexa tak menjawab. Dia sudah cukup bahagia bertemu dengan Dylan “versi” barunya. Mungkinkah ini keajaiban cinta?
SELESAI

SALAHKAH BILA AKU MENCINTAMU

Malam itu Rio masih belum terlelap ia masih sibuk mempersipkan surat untuk Dinda besok.

“apapun yang terjadi besok, aku akan terima,, aku ingin ungkapin ini semua, mungkin ini satu-satunya cara agar Dinda mengerti perasaan aku,” gumam Rio dalam hati.


Dentang jam menunjukkan pukul 24.00, mata Rio belum juga terpejam, ia masih memikirkan apa yang akan terjadi esok hari. Rio mencoba untuk tidur tapi kejadian esok menghantui dirinya hingga pukul 04.00 Rio belum tertidur.

Pagi sudah datang, ayam jago milik tetangga Rio berkokok dengan lantang membangunkan Rio yang baru saja terpejam. Dengan rasa malas, Rio beranjak dari ranjangnya dan bersiap berangkat sekolah.
Sesampai di sekolah, Rio berpapasan dengan Dinda dan genknya di lorong sekolah.

“ha…hai Dinda??’’ sapa Rio gugup, Dinda hanya menjawab dengan seutas senyum manis di bibirnya dan berlalu bersama teman-temannya.

“Dinda, apakah aku salah telah menyukai dirimu,, kau adalah gadis paling popular di sekolah ini, sementara aku….” Belum sempat menyelesaikan perkataannya dalam hati, tiba-tiba Sonia datang menepuk pundak Rio.

“hayoo,, liatin sapa tuu sampe nggak kedip dari tadi,, pasti liatin Dinda yaa,” geretak Sonia meledek Rio. Rio hanya tersipu malu mendengar perkataan Sonia, wajahnya memerah dan tangannya berkeringat dingin.

“sudahlah Rio, lupakan saja gadis itu, toh dia juga sudah punya pacar kan???” Sonia mencoba mengingatkan Rio.

“pacar??” Rio terkejut, karena setahu Rio, Dinda masih jomlo setelah putus dengan Edwin.

“kau tak tau, seminggu lalu tepatnya mereka jadian,, pasti kau tak membaca majalah hari ini kan, ini coba saja baca, Dinda berpacaran dengan Niko kakak kelas kita yang menjadi kapten club basket,” kata Sonia sembari menunjuk majalah yang di pegangnya.

“makasih, aku juga telah memikirkan ini berulang-ulang kok’’ jawab rio kecewa, seraya beranjak meninggalkan Sonia. Rio pun berjalan menuju kelasnya, sesampainya di kelas, ia hanya terdiam melamun di bangkunya. Tiba-tiba suara seorang gadis membuyarkan lamunannya, gadis itu adalah Dinda.

‘”permisi semua, ‘’ semua wajah tertuju pada arah suara itu.

“rionya ada kan??’’ lanjut Dinda. Seraya rio langsung berdiri dari bangkunya. (deg-deg-deg) degupan jantung rio menjadi lebih cepat, ia begitu gugup.

“hai rio,, ini ada tugas dari p.hardi untuk kelas mu(Dinda memberikan selembar kertas berisi tugas kepada rio).. hei, kenapa wajahmu pucat sekali, apa kau sakit (Dinda memegang dahi rio)’’

Rio sangat gugup, tubuhnya berkeringat, ia tak mampu berkata apa-apa, ia hanya bisa menatap mata Dinda.

“ya sudahlah, kalo kamu nggak mau jawab, aku balik ke kelas dulu ya..??”

“di… dinda ,??"

“ya, ada apa??’’

“apa nanti jam istirahat kau bisa menemuiku di taman belakang??” pinta rio pada dinda.

“tentu,, aku bisa kok’’ jawab dinda enteng.

(huuufft) rio mencoba menghela nafas, ia mencoba menenangkan hatinya.
Bel istirahat pun berbunyi, rio bergegas keluar kelas menuju taman belakang, sesampai di sana, rio harus menunggu dinda hingga 15 menit lebih.

“kenapa dinda belum datang, apa ia lupa??” gumam rio lirih, tak berapa lama dinda pun datang. Ia menghampiri rio yang sedari tadi duduk di bangku taman.

“dinda??” rio serentak berdiri dari bangku itu.

“iya, maaf ya aku terlambat tadi aku masih….” Belum menyelesaikan perkataannya, rio sudah memotong kata-kata dinda.

“aku ingin memberikan ini” potong rio seraya memberikan sehelai surat untuk dinda.

“apa isi surat ini rio,??” Tanya dinda,

“baca saja” jawab rio menahan semua kegelisahannya. Namun, bukannya dibaca tapi dinda malah membuang surat itu.

“untuk apa aku baca surat ini, sementara penulisnya ada di hadapanku, langsung saja kau katakan rio??” paksa dinda pada rio. Rio tak memikirkan hal ini sebelumnya, saat dinda berkata seperti itu, tubuh rio serasa tersentak. Dia yang awalnya tenang-tenang saja, kini menjadi sangat gugup. Bibirnya sulit tuk berucap, ia hanya tertunduk dan terdiam beberapa saat.

“aku,, aku ingin bicara sesuatu pada mu din” rio mulai berkata dengan menahan semua rasa gugupnya.

“katakan saja, aku akan mendengarkannya” jawab dinda seraya tersenyum manis.

“dinda, sebenernya sejak pertama kita ketemu aku udah menyimpan perasaan ke kamu, tapi aku nggak berani ungkapinnya, aku tau aku nggak pantas untuk kamu, aku hanya anak biasa sedangkan kamu adalah gadis paling diidolakan di sekolah ini, aku juga udah pikirin ini mateng-mateng, aku nggak bisa terus memendam perasaanku din, aku sayang sama kamu, aku selalu mencoba jadi yang lebih baik agar kau selalu menatapku dan tersenyum padaku, hingga sekarang aku jadi seperti ini itu karena kamu” ungkap rio.

“rio, kau juga pasti tau kan,, aku sekarang telah punya pacar, terimakasih kau sudah mau menyayangi aku, tapi sungguh aku minta maaf aku nggak bisa balas semua itu” jawab dinda dengan lembut seraya mengangkat dagu rio yang sejak tadi tertunduk.

“aku minta maaf, aku sudah salah, aku memang tak pantas mencintai kamu” kata rio seraya meninggalkan dinda. Dinda merasa bersalah pada rio, dia mencoba memanggil rio tapi, rio tak menghiraukannya.

Dinda pun berjalan perlahan ke kelasnya, tapi kerumunan siswi menghentikan langkahnya. Para siswi itu membicarakannya, mereka berbisik-bisik satu sama lain, tapi dinda hanya melirik sebentar dan melanjutkan langkahnya. Ketika ia melewati kelas XI- IPA dia melihat rio yang sedang tertunduk di bangkunya. Dinda ingin masuk tapi guru sudah datang, ia pun bergegas masuk kelasnya yang berjarak 2 kelas dari kelas rio.

Bel tanda berakhirnya pelajaran hari ini pun berbunyi, lautan putih abu pun bergegas keluar kelas namun mereka tak langsung pulang karena hari itu hujan deras, mereka pun harus menunggu hingga hujan reda meski beberapa anak nekat untuk pulang. Dinda dan rio keluar kelas masing-masing secara bersamaan. Dinda menghampiri teman-temannya di depan kelas. Tiba-tiba niko menghampiri dinda bersamaan dengan rio. Mereka berdua membukakan payung dan ingin mengantarkan dinda pulang. Tentu saja dinda lebih memilih diantar oleh niko kekasihnya. Dari kejauhan dinda masih melihat rio yang terlihat sangat sedih.

“rio, maafin aku ya,, aku nggak bermaksud nyakitin kamu, semoga kamu bisa ngerti” kata dinda dlam hati kecilnya. Niko membukakan pintu mobil untuk dinda, dan niko pun bergegas masuk mobil. Dari kaca mobil dinda melihat rio yang nekat hujan-hujan, rio membuang payungnya dan berjalan dengan penuh penyesalan. Dinda hanya bisa melihat rio dari mobil, tanpa terasa, dinda meneteskan air matanya untuk rio.

Keesokan harinya rio sakit dan tak bisa bersekolah. Dinda tak mengetahui hal itu. Hingga 5 hari pun berlalu, rio masih terbaring lemah di tempat tidurnya. Dinda yang baru mendengar hal tersebut merasa cemas, pulang sekolah ia pun langsung bergegas menuju rumah rio.

Di sana dinda melihat rio dengan wajah pucat pasi dan terbaring sangat lemah.

“semakin hari, keadaan rio semakin memburuk nak, rio tak mau makan bahkan minum obat saja tak mau, ibu bingung harus bagaimana membujuk rio.” Kata ibu rio.

“tante, apakah siang ini rio sudah makan??” Tanya dinda.

“belum nak, ibu sudah memaksanya tapi dia tak mau membuka mulutnya” jawab ibu rio.

“biar saya yang membujuknya” serentak dinda mengatakan itu tanpa piker panjang.

“rio, kenapa kau menyiksa dirimu seperti ini,??” Tanya dinda seraya memegang tangan rio lembut.

“untuk apa kau kemari din, aku tak pantas untuk kau jenguk, aku sudah tak ada gunanya din, sudahlah cepatlah pulang,” pinta rio serentak melepaskan tangan dinda. Tak berapa lama ibu rio datang membawakan sepiring nasi untuk rio. Dinda langsung berdiri dan mengambil piring itu. Dinda mencoba membujuk rio untuk makan namun rio malah membanting piring berisi nasi itu.

“riio, kau kenapa, kenapa kau seperti ini padaku??’’ Tanya dinda dengan mata berkaca-kaca.

“aku nggak ingin melihat kamu lagi, pergilah dari rumah ini, dan jangan menginjakkan kakimu di sini lagi.’’ Rio membentak dinda.

“jadi kau mengusirku, apa seperti ini rio yang aku kenal, kenapa kau berubah begitu cepat, kalau kau membenciku, bukan seperti ini caranya. Bukan dengan menyakiti dirimu sendiri, kau yang selalu menyemangatiku kenapa sekarang kau kehilangan semangat, kau bukanlah rio yang dulu.” Kata dinda seraya melangkahkan kaki meninggalkan rio yang masih terdiam.

Rio hanya terdiam di atas tempat tidurnya. Keesokan harinya rio memaksakan diri untuk bersekolah, dengan tubuh tertatih-tatih rio berjalan menuju lorong sekolah. Sesampai di kelas, rio di sambut hangat oleh teman-temannya.

“hei rio, kau masih hidup ternyata hahaha,,,!!!” ledek andy teman sebangku rio. Rio hanya tersenyum tipis mendengar ledekan teman-temannya.

“tentu saja rio masih hidup, ia kan masih ingin bertemu wanita pujaannya, makanya hari ini dia bersekolah” sahut ricky,

“hoho,, siapa gadis itu,, setauku rio tak pernah dekat dengan gadis lain selain Sonia” andy terheran.

“rio, apakah kau tak mau menjawabnya sendiri??” seru ricky meledek temannya itu.

“sudahlah, aku tak mau membahasnya, aku ingin sendiri” rio seraya pergi meninggalkan teman-temannya itu. Rio beranjak pergi dari kelasnya, tanpa sengaja rio menabrak seorang gadis, buku gadis itu berhamburan di lantai teras.

“maaf. Maafin aku, aku nggak sengaja” rio meminta maaf kepada gadis itu sambil membantunya merapikan buku-bukunya. Ternyata gadis itu adalah dinda, rio langsung menundukkan kepalanya, dan bergegas meninggalkan dinda.

“rio tunggu” panggil dinda.

“ada a..apa.. di..dinda??” Tanya rio terpatah-patah.

“untukmu” dinda memberikan secarik kertas untuk rio. Rio segera menerima kertas itu dan pergi begitu saja.

Di taman rio membaca surat itu.

Dear rio,
Aku minta maaf, mungkin aku sudah menyakiti hati kamu. Tapi sungguh aku tak bermaksud mempermainkan perasaan kamu. Ketahuilah, sekarang aku telah berpisah sama niko. Dan orang tuaku akan membawaku pergi ke amerika untuk melanjutkan study ku bersama kakak ku. Kamu nggak pernah bersalah kok rio, semua perasaanmu ke aku itu tidak bersalah. Tapi akulah yang bersalah karena tak dapat membalas rasa sayangmu padaku. Mungkin hari ini adalah terakhir kita bertemu. Sebenernya aku tak ingin pergi, tapi tempat ini memberiku banyak kenangan buruk.

Rio jika nanti kau menyukai seoarang gadis lagi, jangan pernah bertindak konyol seperti ini. Aku nggak akan lupain kamu, karena kamu adalah sosok cowok yang bisa membuatku tersenyum.

Dinda,

Setelah membaca surat tersebut, rio langsung beranjak dan berlari menuju kelas dinda. Sesampai di kelas dinda, rio memeluk dinda erat sekali.

“dinda, jangan tinggalin aku, aku mohon” pinta rio dengan tulus.

“rio apa-apaan sih kamu, malu tauk” jawab dinda seraya melepas pelukan rio. Tapi rio masih tetap saja memohon pada dinda, ia berlutut di depan dinda. Rio meneteskan air matanya, dinda pun ikut menangis.

“rio, jangan kau seperti ini, aku tak bisa menuruti kamu. Aku nggak bisa terus di sini, aku harus pergi hari ini juga. Jangan memberatkan aku rio, please” kata dinda seraya membantu rio berdiri.

‘’dinda, aku nggak tau tapi aku nggak bisa maksa kamu buat sayang sama aku, pergilah dinda, mungkin aku nggak pantas bersanding denganmu. Dan sekali lagi, jangan salahkan dirimu sendiri, karena aku yang salah karena telah mencintamu” rio mencoba melapangkan hatinya menerima kepergian gadis yang selama ini dicintainya. Dinda hanya menatap rio dengan seutas senyum manis seperti biasanya.

Tak lama kemudian ayah dinda datang untuk menjemput dinda. Dinda pun segera bergegas untuk berangkat ke amerika. Dinda juga berpamitan kepada rio, dinda mencium dahi rio sebagai tanda perpisahan.

“aku akan kembali” bisik dinda lembut. Rio hanya diam terpaku, ia tak mampu menahan semua perasaannya. Akhirnya dinda pun beranjak dan pergi meninggalkan rio. Tiada sepatah kata dari rio untuk dinda. Rio mencoba sabar menghadapinya.

1 tahun kemudian, rio menjadi anak yang prestasinya menonjol, akhirnya rio mengikuti pertukaran pelajar di amerika selama setengah tahun. Tanpa disadari di sebuah toko buku, rio bertemu dengan dinda saat ia ingin mengambil sebuah buku, tangan mereka secara bersamaan meraih buku itu.

“dinda??... kau dinda kan??” rio terheran.

“rio,?? Kok kamu bisa di sini??” dinda lun juga terheran.

“iya aku ikut pertukaran pelajar selama setengah tahun,, hey bagaimana kabarmu, kau sehatkan” Tanya rio.

“ya seperti yang kau lihat ini”

“dinda, soal perasaanku dulu, aku sudah mulai bisa menepiskannya. Aku sadar cinta emang nggak harus memiliki, benarkan din..??”

“yaa, bener banget,, tumben kamu nyadar” ledek dinda. Mereka pun tertawa bersamaan.

Akhirnya mereka pun bersahabat, menjadi sahabat yang sangat akrab. Rio telah mengubur dalam-dalam perasaannya karena ia tahu kalo sampai kapanpun dinda nggak akan bisa sayang padanya, seperti ia menyayangi dinda. Satu hal yang menjadi pelajaran untuk rio, bahwa cinta itu tak bisa dipaksakan, dan tak harus memiliki.
SELESAI

Rabu, 25 April 2012

MUTIARA CINTA ..



Jika kita mencintai seseorang, kita akan senantiasa mendo'akannya walaupun dia tidak berada disisi kita.
Tuhan memberikan kita dua kaki untuk berjalan, dua tangan untuk memegang, dua telinga untuk mendengar dan dua mata untuk melihat. Tetapi mengapa Tuhan hanya menganugerahkan sekeping hati pada kita ? Karena Tuhan telah memberikan sekeping lagi hati pada seseorang untuk kita mencarinya. Itulah Cinta ...


Jangan sesekali mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba. Jangan sesekali menyerah jika kamu masih merasa sanggup. Jangan sesekali mengatakan kamu tidak mencintainya lagi, jika kamu masih tidak dapat melupakannya.


Cinta datang kepada orang yang masih mempunyai harapan, walaupun mereka telah dikecewakan. Kepada mereka yang masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati. Kepada mereka yang masih ingin mencintai, walaupun mereka telah disakiti sebelumnya dan Kepada mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan untuk membangunkan kembali kepercayaan.


Jangan simpan kata-kata cinta pada orang yang tersayang sehingga dia meninggal dunia lantaran akhirnya kamu terpaksa catatkan kata-kata cinta itu pada pusaranya. Sebaliknya ucapkan kata-kata cinta yang tersimpan dibenakmu itu sekarang selagi ada hayatnya.


Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu dan bercinta dengan orang yang salah sebelum bertemu dengan orang yang tepat, kita harus mengerti bagaimana berterimakasih atas karunia tersebut.


Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh,
penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat dan kemarahan menjadi rahmat.


Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu, tetapi lebih menyakitkan adalah
mencintai seseorang dan kamu tidak pernah memiliki keberanian untuk menyatakan cintamu kepadanya.


Seandainya kamu ingin mencintai atau memiliki hati seorang gadis, ibaratkanlah seperti menyunting sekuntum mawar merah. Kadangkala kamu mencium harum mawar tersebut, tetapi kadangkala kamu terasa bisa duri mawar itu menusuk jari.


Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu, hanya untuk menemukan bahwa pada akhirnya menjadi tidak berarti dan kamu harus membiarkannya pergi.


Kadangkala kamu tidak menghargai orang yang mencintai kamu sepenuh hati, sehingga kamu kehilangannya.
Pada saat itu, tiada guna penyesalan karena perginya tanpa berkata lagi.


Cintailah seseorang itu atas dasar siapa dia sekarang dan bukan siapa dia sebelumnya.
Kisah silam tidak perlu diungkit lagi, kiranya kamu benar-benar mencintainya setulus hati.


Hati-hati dengan cinta, karena cinta juga dapat membuat orang sehat menjadi sakit, orang gemuk menjadi kurus, orang normal menjadi gila, orang kaya menjadi miskin, raja menjadi budak, jika cintanya itu disambut oleh para pecinta PALSU.


Kemungkinan apa yang kamu sayangi atau cintai tersimpan keburukan didalamnya dan kemungkinan
apa yang kamu benci tersimpan kebaikan didalamnya.


Cinta kepada harta artinya bakhil, cinta kepada perempuan artinya alam, cinta kepada diri artinya bijaksana,
cinta kepada mati artinya hidup dan cinta kepada Tuhan artinya Takwa.


Lemparkan seorang yang bahagia dalam bercinta kedalam laut, pasti ia akan membawa seekor ikan.
Lemparkan pula seorang yang gagal dalam bercinta ke dalam gudang roti, pasti ia akan mati kelaparan.


Seandainya kamu dapat berbicara dalam semua bahasa manusia dan alam, tetapi tidak mempunyai
perasaan cinta dan kasih, dirimu tak ubah seperti gong yang bergaung atau sekedar canang yang gemericing.


Cinta adalah keabadian ... dan kenangan adalah hal terindah yang pernah dimiliki.


Siapapun pandai menghayati cinta, tapi tak seorangpun pandai menilai cinta karena cinta bukanlah suatu
objek yang bisa dilihat oleh kasat mata, sebaliknya cinta hanya dapat dirasakan melalui hati dan perasaan.


Cinta mampu melunakkan besi, menghancurkan batu, membangkitkan yang mati dan
meniupkan kehidupan padanya serta membuat budak menjadi pemimpin. Inilah dahsyatnya cinta.


Cinta sebenarnya adalah membiarkan orang yang kamu cintai menjadi dirinya sendiri dan tidak merubahnya menjadi
gambaran yang kamu inginkan. Jika tidak, kamu hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kamu temukan didalam dirinya.


Kamu tidak akan pernah tahu bila kamu akan jatuh cinta. Namun apabila sampai saatnya itu,
raihlah dengan kedua tanganmu dan jangan biarkan dia pergi dengan sejuta rasa tanda tanya dihatinya.


Cinta bukanlah kata murah dan lumrah dituturkan dari mulut kemulut tetapi cinta adalah
anugerah Tuhan yang indah dan suci jika manusia dapat menilai kesuciannya.


Bercinta memang mudah, untuk dicintai juga memang mudah. Tapi untuk dicintai oleh orang yang kita cintai
itulah yang sukar diperoleh.
Cinta sebenarnya tidak buta. Cinta adalah sesuatu yang murni, luhur dan diperlukan.
Yang buta adalah bila cinta itu menguasai dirimu tanpa suatu pertimbangan.


Bukan laut namanya jika airnya tidak berombak, bukan cinta namanya jika perasaan tidak pernah terluka,
bukan kekasih namanya jika hatinya tidak pernah merasa rindu dan cemburu.


Cinta bukanlah dari kata-kata tetapi dari segumpal keinginan diberi pada hati yang memerlukan.
Tangisan juga bukanlah pengobat cinta karena ia tidak mengerti perjalanan hati nurani.


Kejarlah cita-cita sebelum cinta, apabila tercapainya cita-cita maka dengan sendirinya cinta itu akan hadir.


Cinta seringkali akan lari bila kita mencari, tetapi cinta jua seringkali dibiarkan pergi bila ia menghampiri.


Cinta pertama adalah kenangan, Cinta kedua adalah pelajaran, dan cinta yang seterusnya adalah satu keperluan
karena hidup tanpa cinta bagaikan masakan tanpa garam. Karena itu jagalah cinta yang dianugerahkan itu
sebaik-baiknya agar ia terus mekar dan wangi sepanjang musim.


Kecewa bercinta bukan berarti dunia sudah berakhir. Masa depan yang cerah berdasarkan pada masa lalu
yang telah dilupakan. Kamu tidak dapat melangkah dengan baik dalam kehidupan kamu
sampai kamu melupakan kegagalan kamu dan rasa kekecewaan itu.


Hanya diperlukan waktu semenit untuk menafsir seseorang, sejam untuk menyukai seseorang dan
sehari untuk mencintai seseorang, tetapi diperlukan waktu seumur hidup untuk melupakan seseorang.


Hidup tanpa cinta sepeeti makanan tanpa garam. Oleh karena itu, kejarlah cinta seperti kau mengejar waktu dan apabila kau sudah mendapat cinta itu, jagalah ia seperti kau menjaga dirimu. Sesungguhnya cinta itu karunia Tuhan Yang Maha Esa.


Cintailah orang yang engkau kasihi itu sekedranya, mungkin saja dia akan menjadi orang yang
kau benci pada suatu hari kelak. Juga bencilah terhadap orang yang kamu benci itu sekedarnya,
barangkali dia akan menjadi orang yang engkau kasihi pada suatu hari nanti.


Janganlah kau tangisi perpisahan dan kegagalan bercinta, karena pada hakikatnya jodoh itu bukan ditangan manusia.
Atas kasih sayang Tuhan kau dan dia bertemu, dan atas limpahan kasihNya jua kau dan dia dipisahkan
bersama hikmah yang tersembunyi. Pernahkan kau berfikir kebesaranNya itu ?


Cinta itu tidak menjanjikan sebuah rumah tangga aman damai, tetapi penerimaan dan tanggung jawab
adalah asas utama kebahagiaan rumah tangga. Cinta hanya sebuah keindahan perasaan,
cinta akan bertukar menjadi tanggung jawab apabila terbinanya sebuah rumah tangga.


Memberikan seluruh cintamu kepada seseorang bukanlah jaminan dia akan membalas cintamu, jangan mengharapkan
balasan cinta, tunggulah sampai cinta berkembang dihatinya, tetapi jika tidak, berbahagialah karena cinta tumbuh dihatimu.


Cinta bukanlah dari kata-kata, tetapi dari segumpal keinginan diberi pada hati yang memerlukan.


Cinta lebih mudah mekar dihati yang sedang dilanda kecewa, cinta seperti ini adalah cinta yang mengharapkan belas kasihan,
oleh karena itu, bila sepi telah punah maka biasanya cinta juga akan turut terbang.


Cinta yang dikaitkan dengan kepentingan pribadi akan berubah menjadi putus asa.


Dalam sebuah percintaan, janganlah kamu sesali perpisahan tetapi sesalilah pertemuan.
Karena tanpa pertemua tidak akan ada perpisahan. Menikahlah dengan orang yang lebih mencintai diri kita
daripada kita mencintai diri orang itu. Itu lebih baik daripada menikahi orang yang kita cintai tetapi tidak menyintai
diri kita karena adalah lebih mudah mengubah pendirian diri sendiri daripada mengubah pendirian orang lain.


Cinta yang suci dapat dilihat dari pengorbanan seseorang, bukanlah dari pemberian semata.


Ibaratkalah kehilangan cinta itu seumpama hilangnya cincin permata di lautan luas yang tiada bertepi dan harus dilupakan.


Cinta tidak selalu bersama jodoh, tapi jodoh selalu bersama cinta.


Kata pujangga ; Cinta letaknya di hati, meskipun tersembunyi, namun getarannya jelas sekali. Ia mampu mempengaruhi fikiran sekaligus mengendalikan tindakan kita sehingga kadangkala kita melakukan hal terbodoh tanpa kita sadari.


Cinta dimulai dengan senyuman, tuumbuh dengan dekapan dan seringkali berakhir dengan air mata.
Mencintai adalah masalah yang penting bagi manusia
Bila kita mampu mengurai cinta,
Maka hakekat cinta akan berubah menjadi sesuatu
Itulah kenyataan cinta ...


Memperlihatkan cinta adalah suatu kepicikan
Dibanding sesuatu yang agung, yang tersembunyi dibalik cinta
Cinta memang tidak mudah untuk dimengerti ...


Seseorang selalu membutuhkan orang lain
Untuk membantu memahami bagian dari diri kita.
Untuk menyingkap bagian yang tersembunyi dari diri mereka.
Dan untuk percaya dan memahami bagian yang terbaik dari mereka


Ketika kita membantu orang lain.
Kita tidak boleh menyembunyikan apa yang kita ketahui tentangnya
Kita tidak boleh hanya menjadi telinga bagi mereka.


Ketika tangan kehidupan terasa gelap dan malam tak bernyanyi
Itu adalah waktu untuk cinta dan kepercayaan
Dan tangan kehidupan akan bersinar dan bernyanyi
Bila seseorang mencintai dan mempercayai seutuhnya.


Kasih ... kekuatan apakah yang menggerakkanku dalam badai
Mengapa aku menjadi lebih baik dan lebih kuat
Serta lebih yakin pada kehidupan saat badai menerjang
Aku tak mengerti dan sekarang aku menjadi lebih mencintai dirimu
Dari apapun yang ada di alam ini.


Sejak pertama kulihat engkau,
Hal yang paling mendalam yang kurasakan adalah
Kejujuran, kecerdasan dan kehangatan dirimu.
Kini, pun sama hanya seribu kali lebih dalam dan lebih lembut.


Aku mencintaimu sebelum kita berdekatan,
Sejak pertama kulihat engkau.
Aku tahu ini adalah takdir.
Kita akan selalu bersama ...
Dan tidak ada yang akan memisahkan kita


Amien ... ... ...